Rabu, 24 April 2013
MENAHAN MARAH, KUNCI SEGALA KEBAIKAN
Dari Abu Hurairah menceritakan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah untuk meminta nasihat beliau. Orang itu berkata, “berilah wasiat (nasihat) kepadaku…”. Rasul bersabda, “janganlah engkau marah…!”. kemudian orang itu mengulang berkali-kali permintaan nasihatnya kepada Nabi, maka Nabi pun mengulangi jawabannya, “janganlah engkau marah” (HR. Bukhary: 5765)
Rasulullah memberi nasihat yang ringkas namun mencakup semua sifat baik, yaitu nasihat agar selalu menahan kemarahan. Orang yang bertanya kepada Nabi itu mengulang permintaannya berkali-kali dan Nabi memberikan jawaban yang sama. Ini menunjukan bahwa melampiaskan kemarahan adalah sumber segala keburukan dan menahannya merupakan penghimpun segala kebaikan [1]
imam Ja’far bin Muhammad mengatakan: “kemarahan adalah pembuka segala keburukan”
imam Abdullah bin al-Mubarak al-Marwazy, ketika ada yang meminta kepada beliau, “sampaikanlah (nasihat) kepada kami yang menghimpun semua akhlak yang baik dalam satu kalimat”. Beliau berkata, “tinggalkanlah amarah”.
Demikian pula Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Ishaq bin Ruhuyah ketika menjelaskan makna akhlaq yang baik, mereka mengatakan, “(yakni) meninggalkan kemarahan” [2]
Jjadi perintah Rasulullah dalam hadits di atas, “janganlah engkau marah” berarti perintah melakukan sebab (perantara) yang akan melahirkan akhlak yang baik, yaitu: sifat yang lemah lembut, dermawan, malu, tawadhu’, sabar, tidak menyakiti orang lain, pemaaf, ramah dan sifat-sifat yang baik lainnya berusaha menahan emosinya pada saat ada faktor-faktor yang memancing kemarahan. [3]
FAEDAH[4]
Menahan amarah dan sifat pemaaf merupakan karakteristik ahlussunnah, pada dasarnya amarah ditiupkan oleh setan pada hati manusia maka amarah tidak akan membawa apa-apa melainkan kerusakan.
Seorang tidak akan mampu menahan amarah tanpa memiliki sifat pemaaf, sifat pemaaf memiliki keagungan pada setiap pribadi manusia. Inilah nasihat yang agung dan luhur dari Rasulullah bagi ummatnya agar menahan amarah jangan mudah marah karena marah sumber kerusakan, merusak akal, jiwa, harta dan hati. Ini juga merupakan bentuk kasih sayang dari Rasulullah kepada ummatnya agar tidak terjerumus kepada kerusakan maka beliau mencegah apa yang dapat membawa pada kerusakan.
Tatkala diri dan hati tersakiti, difitnah dan dibenci janganlah sekali-kali kita membawanya pada dendam, karena dendam hanyalah membuat kita semakin terluka dan menambah rasa sakit. Akan tetapi dengan memaafkan akan membuat kita mendapat kemulian dengan membawanya pada keikhlasan sehingga semua luka akan sembuh total. Ikhlas adalah penawar hati yang terluka.
Wallahu A’lam
disusun oleh:
ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthony. MA
ditulis kembali oleh:
Omar Ibrahim al-Imanulmuslim
footnote:
[1] keterangan imam Ibnu Rajab dalam kitab Jami’ul ‘Ulumi wal Hikam, hlm. 144
[2] semua ucapan di atas dinukil oleh Imam Ibnu Rajab dalam Jami’ul ‘Ulumi wal Hikam, hlm. 145
[3] idem
[4] syarah dari Omar Ibrahim al-Imanulmuslim
sumber...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar